October 18, 2010

Antara "waktu" dan "Cinta"


Alkisah: di suatu pulau kecil dan terpencil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak. Ada yang dinamakan Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan,harapan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik dan harmoni.

Namun, suatu hari datang badai menghempas seluruh pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. "Cinta" sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba cari pertolongan. Sementara itu air pasang semakin naik membasahi kaki "Cinta".

Tiba-tiba Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu. “Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” Teriak Cinta. “Aduh! Maaf, Cinta” kata kekayaan, “perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu diperahuku ini.”
Lalu kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. "Cinta" sedih sekali, namun kemudian dilihatnya "Kegembiraan" ia tak mendengar teriakan Cinta.

Air makin tinggi membasahi "Cinta" sampai ke pinggang dan "Cinta" semakin panik. Tak lama lewatlah "Kecantikan". “Kecantikan! bawalah aku bersamamu!”, teriak "Cinta". “Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu kotori perahuku yang indah ini.” Sahut kecantikan.

"Cinta" sedih sekali mendengarnya, ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah "Kesedihan". “Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu,” kata Cinta. “Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja…” kata "Kesedihan" sambil terus mengayuh perahunya. Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan menenggelamkannya. Pada saat kritikal itulah tiba-tiba terdengar suara, “Cinta! Mari cepat naik perahuku!” Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya yg usang. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, sejurus sebelum air menenggelamkannya.

Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan "Cinta" dan segera pergi lagi. Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. "Cinta" segera menanyakan kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapakah sebenarnya orang tua itu. “Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu.” kata orang itu. “Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku” tanya Cinta heran. “Sebab,” kata orang itu, “hanya "Waktu"lah yang tahu berapakah sebenarnya nilai dari makna hakikat "CINTA" itu

GENGAMAN WAKTU DAN KETIKA