Rasulullah s.a.w. bersabda, "Demi jiwaku yang ada di tangan-Nya, aku lebih suka berperang di jalan Allah dan mendapat syahid, dan dihidupkan kembali untuk mendapatkan syahid, dan dihidupkan kembali untuk mendapatkan syahid, dan dihidupkan kembali untuk mendapatkan syahid, dan dihidupkan kembali." (Riwayat al-Bukhari)
October 18, 2010
Antara "waktu" dan "Cinta"
Alkisah: di suatu pulau kecil dan terpencil, tinggallah berbagai macam benda-benda abstrak. Ada yang dinamakan Cinta, Kesedihan, Kekayaan, Kegembiraan,harapan dan sebagainya. Mereka hidup berdampingan dengan baik dan harmoni.
Namun, suatu hari datang badai menghempas seluruh pulau kecil itu dan air laut tiba-tiba naik dan menenggelamkan pulau itu. Semua penghuni pulau cepat-cepat berusaha menyelamatkan diri. "Cinta" sangat kebingungan sebab ia tidak dapat berenang dan tak mempunyai perahu. Ia berdiri di tepi pantai mencoba cari pertolongan. Sementara itu air pasang semakin naik membasahi kaki "Cinta".
Tiba-tiba Cinta melihat Kekayaan sedang mengayuh perahu. “Kekayaan! Kekayaan! Tolong aku!” Teriak Cinta. “Aduh! Maaf, Cinta” kata kekayaan, “perahuku telah penuh dengan harta bendaku. Aku tak dapat membawamu serta, nanti perahu ini tenggelam. Lagipula tak ada tempat lagi bagimu diperahuku ini.”
Lalu kekayaan cepat-cepat mengayuh perahunya pergi. "Cinta" sedih sekali, namun kemudian dilihatnya "Kegembiraan" ia tak mendengar teriakan Cinta.
Air makin tinggi membasahi "Cinta" sampai ke pinggang dan "Cinta" semakin panik. Tak lama lewatlah "Kecantikan". “Kecantikan! bawalah aku bersamamu!”, teriak "Cinta". “Wah, Cinta, kamu basah dan kotor. Aku tak bisa membawamu ikut. Nanti kamu kotori perahuku yang indah ini.” Sahut kecantikan.
"Cinta" sedih sekali mendengarnya, ia mulai menangis terisak-isak. Saat itu lewatlah "Kesedihan". “Oh, Kesedihan, bawalah aku bersamamu,” kata Cinta. “Maaf, Cinta. Aku sedang sedih dan aku ingin sendirian saja…” kata "Kesedihan" sambil terus mengayuh perahunya. Cinta putus asa. Ia merasakan air makin naik dan menenggelamkannya. Pada saat kritikal itulah tiba-tiba terdengar suara, “Cinta! Mari cepat naik perahuku!” Cinta menoleh ke arah suara itu dan melihat seorang tua dengan perahunya yg usang. Cepat-cepat Cinta naik ke perahu itu, sejurus sebelum air menenggelamkannya.
Di pulau terdekat, orang tua itu menurunkan "Cinta" dan segera pergi lagi. Pada saat itu barulah Cinta sadar bahwa ia sama sekali tidak mengetahui siapa orang tua yang menyelamatkannya itu. "Cinta" segera menanyakan kepada seorang penduduk tua di pulau itu, siapakah sebenarnya orang tua itu. “Oh, orang tua tadi? Dia adalah Waktu.” kata orang itu. “Tapi, mengapa ia menyelamatkanku? Aku tak mengenalnya. Bahkan teman-teman yang mengenalku pun enggan menolongku” tanya Cinta heran. “Sebab,” kata orang itu, “hanya "Waktu"lah yang tahu berapakah sebenarnya nilai dari makna hakikat "CINTA" itu
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
-
Utk Liqa' Usari kali ini Ana pinjam tulisan Ustaz Aadtif dari majalah JOM. Ibarat rumah kita yang cantik,nyaman dan selesa. Ses...
-
JOM…Susuri jalan yang damai Anak2ku dan sahabat tercinta… Kalaulah jalan dakwah ini dipenuhi hamparan permaidani INDAH sudah pas...
-
Di suatu petang, seorang anak datang kepada ayahnya yg sedang asyik baca Quran… “Ayah, ayah” kata sang anak… “Ada apa nak?” tanya sang ayah…...
3 comments:
Barakallahu...hurmm,posting yg sarat penuh makna. Hanya yang melaluinya akan mengerti sedalamnya yang tersirat....
harap begitulah...hari ini berlangsung forum "Cinta Terlarang" di Kampus Mizan.Kehadiran student hampir memenuhi dewan besar Al_kindi. Tetapi apa yg dibincangkan hanya perkara2 biasa saja. Panelnya terdiri dari para pensyarah rakan2 kita. Kurang menyentuh dan kurang mendalam. rasanya tak banyak benda baru yg dapat pelajar kutip.
Sebenarnya Cinta ini sangat sukar utk di ungkapkan..Walaupun sudah 43 tahun hidup dan menatap dan menerjah dunia ini dengan api cinta..apalagi dalam waqie' yg sungguh meluas bagaimana kita boleh ungkapkan cinta ini. Ana petik dari Novel Saat Cinta Bertasbih: Penulis Novel Ayat-Ayat Cinta, Habiburahman
"Cinta adalah kekuatan yg mampu mengubah duri menjadi mawar,mengubah cuka menjadi anggur, mengubah sedih menjadi riang, mengubah amarah jadi ramah, mengubah musibah jadi muhibah.."
"Sekalipun cinta telahku uraikan dan kujelaskan panjang lebar..namun jika cinta kudatangi aku jadi malu kepada keteranganku sendiri."
"Meskipun lidahku telah mampu menguraikan, namun tanpa lidah, cinta ternyata lebih terang sementara pena begitu tergesa-gesa menuliskannya..
Kata-kata pecah berkeping-keeping… sampai kpada cinta"
"Dalam menguraikan cinta akal terbaring tak berdaya seperti kaldai terbaring didalam lumpur.."
Benarlah nahawa CINTA sendirilah yang menguraikan cinta…
Alangkah mahalnya insan2 yg Allah kurniakan disisi kita saat ini.Rasa bertuhan,cintakan Muhammad(saw) Isteri yg solehah,Anak2 menghiburkan, rakan taulan sbg cermin yg jujur, Keluagra membantu, jemaah dan dakwah yg penuh kerahmatan. Rumah yg baik, kenderaan yg baik, kerja yg baik, akal yg sihat, iman yg sejahtera, hati dan obor jiwa yg masih bercahaya...semuanya itu hakikat dari kacamata hati kita memahami CINTA. Keindahan yg yg mampu kita lafazkan dalam stiap zikir dan fikir kita.
Begitulah 43 tahun penuh makna dan cinta hadir dalam seribu warna dan makna. Maka batin kita semakin sarat dengan hakikat makna cinta yg sebenarnya.
Alangkah rendahnya nilai cinta masa kita budak2 dulukan!
hanya berlandaskan mata zahir dan nafsu semata. Maka hari ini kita faham dan kita dapat membezakan antara "cinta" dan rasa "ingin memiliki"
Post a Comment